Di kalangan awam, Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) seringkali disama artikan. Meskipun memang penyebabnya saling beriringan, tapi keduanya memiliki diagnosis yang berbeda. Jika dipermudah, HIV adalah virus yang menyebabkan kondisi AIDS.
HIV adalah virus yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Virus ini hanya bisa tertular antar manusia dan menyerang ke sistem imun yang mengakibatkannya tidak bisa bekerja efektif seperti seharusnya. Namun, perkembangan virus ini masih bisa dikendalikan oleh obat-obatan hingga bisa memutus siklus hidupnya di dalam tubuh.
Dikutip dari Healthline, karena HIV adalah virus jadi bisa ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. Virus ini dapat ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh, jarum suntik, berhubungan seks tanpa pelindung, hingga melalui ASI dan selama kehamilan.
HIV tidak selalu menunjukkan gejala yang signifikan, tapi biasanya penderitanya akan mengalami flu sekitar 2-4 minggu setelah penularan. Meskipun tertular, sistem imun tidak rusak secara cepat, ada masanya atau periode latensi. Periode ini akan berlangsung selama bertahun-tahun.
Baca juga: Tangan Kesemutan Bisa Jadi Tandanya Ini
Penularan HIV
Penularan HIV dapat dideteksi dengan tes darah atau air liur seseorang dan membutuhkan waktu beberapa minggu. Selain itu, ada tes lain dengan mencari antigen atau protein yang diproduksi oleh virus dan antibodi. Dengan tes ini, HIV dapat dideteksi dalam waktu yang lebih cepat dengan beberapa hari setelah infeksi terjadi. Keduanya cukup akurat dan mudah dijalani oleh penderita.
Berbeda dengan HIV, AIDS atau HIV stadium 3 merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh virus serupa. Kondisi ini berkembang saat kerusakan yang diakibatkan HIV semakin serius dan kompleks. AIDS juga bisa terjadi saat sistem imun orang tersebut sudah rusak parah hingga tidak dapat melawannya atau disebut sebagai infeksi oportunistik.
Saat HIV sudah berkembang menjadi AIDS ini, harapan hidupnya bisa turun secara signifikan dan sulit untuk diperbaiki lagi. Tapi, HIV tidak selalu berkembang menjadi stadium 3. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan pengobatan HIV antiretroviral dan berbagai terapi sesuai dengan arahan dokter.
Dalam mendiagnosisnya, AIDS lebih rumit dibandingkan HIV. Karena HIV telah menghancurkan sel kekebalan tubuh yang disebut sel CD4, salah satu cara untuk mendeteksinya adalah dengan menghitung jumlah sel tersebut. Umumnya, orang tanpa HIV memiliki 500 hingga 1.200 sel CD4. Namun, saat sel itu turun hingga 200, dipastikan ia mengidap AIDS.
Baca juga: Atasi Sembelit dengan Makanan dan Minuman ini!
Source: health.detik.com